0

Bagaimana Mahasiswa Ilmu Komputer Belajar: Mengkritisi Kurikulum dan Gaya Pendidikan Kita


Sepulang dari melanglang buana di dunia maya, saya banyak mendapat banyak informasi dari beberapa situs, terutama situs yang berhubungan dengan ilmu komputer. Saya membaca materi yang memang saya ingin kuasai, dan terkait langsung dengan kosentrasi saya. Diantaranya adalah mata kuliah komputer. Yang mana Kebanyakan mata kuliah tersebut diajarkan setelah semester 5 (tingkat 3 atau 4). Yang Terkadang Dalam interaksi belajar mengajar di kelas, saya menemukan beberapa fenomena menarik berhubungan pengetahuan saya dan teman berkaitan dengan kurikulum yang diajarkan di kampus.
Kadang kala di dalam kelas saya menemukan tipe teman-teman saya yang ketika belajar dia kesulitan menangkap beberapa konsep yang seharusnya sudah dia dapatkan sebelumnya. Katanya, tak punya dasar sama sekali dan materi tersebut tidak di daptkan sebelumnya di kampus. Fenomena ini terjadi karena dalam kampus yang memotong (mengubah) beberapa kurikulum yang seharusnya diajarkan, karena tidak ada SDM pengajar (dosen). Di lain pihak, saya menemukan fenomena lain dimana mahasiswa mengatakan bahwa dia mengenal beberapa konsep yang dipelajari, hanya dia lupa mata kuliah yang mana yang mengajarkannya hal itu. Fenomena ini terjadi di kampus yang mencekoki mahasiswanya dengan mata kuliah berlebih, dengan argumentasi bahwa supaya mahasiswa mendapat pengetahuan secara lengkap. Sering dosen mengajar bukan pada bidang yang dikuasai, hal itu terpaksa dilakukan oleh kampus untuk mengejar mata kuliah yang harus jalan. Dua-duanya ternyata membuat mahasiswa jadi linglung, yang satu linglung karena memang tidak pernah diajarkan, dan yang lain linglung karena terlalu banyak yang diajarkan. Intinya sih kedua-duanya sama-sama nggak ngerti ;) .
Fenomena aneh lain tentunya masih banyak, misalnya mahasiswa tingkat 5 jurusan tarbiyah komputer (atau pendidikan komputer) yang tidak kenal siapa Bil Gates, Dennis Ritchie, Linus Torvalds, Richard M. Stallman, Steve Wozniak, bahkan tidak bisa membuat program meskipun hanya untuk sebuah fungsi untuk memunculkan Hello World (apalagi mengkompilenya), tidak paham tentang hardware, tidak dapat membedakan antara nama software dan fungsi antara yang satu dengan yang lain, tidak paham tentang paradigma pemrograman, juga tidak paham apa itu kompiler, shell, pointer, fungsi, array, dan tentu semakin mual-mual kalau saya sebut algoritma atau struktur data.
Bagaimana seorang mahasiswa Ilmu Komputer belajar ? Saya mencoba memberi gambaran umum dengan mengambil studi kasus bagaimana jurusan ilmu komputer di Saitama University mengatur kurikulumnya. Saitama University bukan termasuk universitas yang terbaik untuk ilmu komputer, umurnya masih sangat muda dengan SDM pengajar (professor) yang juga terbatas, bahkan beberapa professor diambil dari jurusan elektro untuk beberapa mata kuliah tertentu. Ini tidak mengurangi keseriusan universitas untuk menyajikan pendidikan dan kurikulum terbaik untuk mahasiswa-mahasiswanya.
Saya mulai program undergraduate (S1) di Department of Information and Computer Sciences, Saitama Univesity tahun 1995. Tingkat I (semester 1 dan 2), mata kuliah dasar (kiso kamoku) sangat dominan. Kalkulus, statistik, probabilitas, fisika dasar, kimia dasar, discrete mathematics, dan mata kuliah dasar lain banyak diajarkan. Semester 2 sudah ada beberapa mata kuliah jurusan (senmon kamoku) yang diajarkan, diantaranya adalah bahasa pemrograman, bahasa C (prosedural), HTML, dengan praktek lab untuk mengenal Unix, shell, text editor (emacs), laTeX (TeX), gnuplot, kompiler, teknik typing 10 jari, dsb. Pada saat masuk tingkat II (semester 3), dapat kita bayangkan bahwa mata kuliah tingkat I membekali mereka dengan beberapa tool dan konsep dasar, sehingga mereka bisa survive mengikuti proses belajar mengajar di tingkat selanjutnya. Lab komputer hanya berisi Unix terminal. Seluruh laporan dan tugas harus ditulis dengan laTeX dengan text editor emacs, apabila memerlukan bahasa pemrograman harus dibuat dalam bahasa C dan dikompilasi dengan GCC. Apabila ada data yang harus ditampilkan dalam bentuk grafik, bisa menggunakan Gnuplot. Setiap mahasiswa harus mempunyai situs web (homepage), dimana selain berisi aktifitas pribadi, juga berisi seluruh laporan dan tugas yang dikerjakan. Selain lewat situs web, laporan harus dikirim dengan menggunakan email ke professor pengajar, dalam format PS atau PDF dengan source dari laTeX.
Yang menarik, bahwa gaya pendidikan yang ditempuh menganut konsep korelasi, berhubungan, saling mendukung dan terarah dari semester 1 sampai akhir. Skill terhadap komputer dan bahasa pemrograman juga cukup dalam, karena ada kewajiban menguasai bahasa C, HTML, Unix, Linux, Shell, dsb yang bukan untuk ritualitas mata kuliah semata, tapi untuk bekal sang mahasiswa supaya bisa survive di jenjang semester berikutnya. Apakah tidak diajarkan paradigma dan bahasa pemrograman lain? jawabannya adalah diajarkan, tetapi untuk konsumsi mahasiswa tingkat 3 (semester 5 dan 6). Pemrograman berorientasi objek (Java), functional programming (LISP dan Scheme), dan Prolog diajarkan pada semester 5 dan 6 untuk membidik supaya sang murid “tersangkut” ketika mengikuti mata kuliah Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering). Dan dengan sebelumnya menguasai bahasa prosedural seperti C.
Korelasi mata kuliah ini nampak juga dari deretan gaya pengajaran, setelah mahir berbahasa C, kita diminta ngoprek Minix yang terbuat dari bahasa CÂ (sistem operasi buatan Andrew S. Tanenbaum, yang menginspirasi Linus Torvald membuat Linux) pada mata kuliah Operating System (Sistem Operasi), membuat sendiri shell (dengan fungsi yang mendekati bash dan cshell) diatas sistem operasi yang sudah kita oprek, dan diminta mendesain dan mengembangkan bahasa pemrograman sendiri di mata kuliah Compiler Engineering (teknik kompilasi). Berurutan, berhubungan, tetap fokus dan mendalam, itu mungkin resep desain kurikulum yang diajarkan.
Pada saat tingkat 2 dan 3 itulah sang mahasiswa diarahkan untuk menuju arah kompetensi sesuai dengan yang diinginkan. Dan yang pasti, hampir seluruh mahasiswa mendapatkan “bekal” dan “skill” yang relatif sepadan untuk bergerak. Mahasiswa yang ingin melanjutkan karier menjadi seorang Programmer, disiapkan mata kuliah Struktur Data, Algorithma, Programming Language, Compiler Engineering, Automaton dan Formal Language. Yang ingin jadi Software Engineer, harus fokus mengikuti mata kuliah Software Engineering, Industrial Software Engineering, System Development Engineering, Software Project Management, dsb. Yang ingin berkarier di perusahaan animasi dan grafis, harus serius mengikuti mata kuliah Computer Graphics, Image Processing, CAD Enginering, Pattern Recognition, dsb. Yang siap bergelut di perusahaan Telekomunikasi, harus melahap mata kuliah Information Theory, Communication System, Signal Processing, Speech Processing, dsb. Yang ingin ke arah Hardware, harus menguasai mata kuliah Electronic Circuits, Electronic Devices, Computer Architecture, Quantum Mechanics, Logic Circuits, dsb. Bagaimana dengan yang tertarik dengan Kecerdasan Buatan? harus mau berpusing-pusing ria di mata kuliah Artificial Intelligence, Expert System, Knowledge Engineering, Neural Network, dsb.
Rencana pengembangan karier ini semakin matang dan tertata ketika masuk ke tingkat 4, seluruh mahasiswa harus menjalani 1 tahun terakhir di grup penelitian yang dipimpin oleh seorang professor. Penelitian dan thesis (tugas akhir) sifatnya wajib dilakukan, untuk memperdalam dan memahami implementasi riil dari bidang ilmu peminatan yang direncanakan dan dicita-citakan sang mahasiswa. Apa itu bidang ilmu peminatan? Ya bidang yang sudah saya sebut diatas tadi. Programming, Software Engineering, Communication System, Computer Graphics, Artificial Intelligence, Computer Hardware, Networking, dsb. Masing-masing professor dengan grup penelitian biasanya fokus di satu atau dua bidang ilmu peminatan, termasuk didalamnya penelitian yang dilakukan dan mata kuliah yang diajar. Tidak ada seorang professor Software Engineering yang mendapat jatah mengajar mata kuliah Computer Graphics, karena memang bukan bidangnya. Kalaupun bisa memberikan, tentu tidak menguasai the root problem (akar permasalahan) yang ada di bidang tersebut, ini yang membuat mata kuliah jadi hambar, tidak mendalam dan mahasiswa jadi bingung memahami apa hakekat dari mata kuliah tersebut.
Jadi masing-masing mata kuliah ada arah, ada desain yang ingin dicapai, dan ini yang dijelaskan di awal perkuliahan. Tidak ada kegiatan OSPEK yang berisi penyiksaan dan penghinaan, tidak ada hura-hura pesta masuk perguruan tinggi, yang ada adalah penjelasan tentang kurikulum secara komprehensif. Sang mahasiswa ingin menjadi apa, tertarik di bidang apa, itu yang dibidik dan diarahkan oleh universitas dengan penjelasan desain kurikulum beserta dengan mata kuliah apa yang sebaiknya diambil oleh sang mahasiswa. Jumlah kredit untuk syarat kelulusan S1 juga tidak sepadat Indonesia, hanya sekitar 118, sudah termasuk didalamnya penelitian dan tugas akhir yang dihitung sekitar 10-12 kredit. Jadi total kredit dari mata kuliah hanya sekitar 106. Kelonggaran waktu yang ada dapat kita gunakan untuk kerja parttime di perusahaan-perusahaan IT, mengasah kemampuan jadi programmer, network engineer, admin, software designer, dsb. Mahasiswa mendapatkan konsep di kelas, dan mematangkan diri di lapangan, tempat kita menggarap project maupun tempat kerja. Itu adalah strategi penting dalam mengkader para computer scientist.
Kampus yang terlajur membuka Jurusan Tarbiyah Komputer harus berbenah. Tidak hanya berambisi mengejar jumlah murid karena konsep aji mumpung (untuk menjadikan kampus ke tingkatan atas, atau mumpung TI sedang booming, terima mahasiswa sebanyak banyaknya ), tapi juga harus bertanggungjawab terhadap figur dan karakter hasil didikan dan lulusannya (Termasuk Saya). Untuk para calon mahasiswa (adik-adikQ), pilihQ Universitas yang memiliki kurikulum dan dosen pengajar yang baik. JanganQ pilih jurusan karena trend, ikut-ikutan teman, atau alasan tidak logis lainnya. Pilihlah karena memang kita berminat untuk berkarier di bidang tersebut.
0

Wahai Para Dosen Tataplah Kami Yang Haus Akan Ilmu


Itulah teriakan para mahasiswa kepada dosennya, yang mungkin nggak pernah tersampaikan, dan saya yakin akan menjadi blunder kalau diungkapkan. Kecuali bagi para mahasiswa yang memiliki kebebasan nilai IPK, kebebasan pola pikir, kebebasan penelitian, kebebasan finansial dan kebebasan ketergantungan serta ketaatan kecuali kepada satu yang Diatas. Mahasiswa pedjoeang yang tetap mau mengatakan kebenaran meskipun itu sangat sulit, pahit dan sakit. Tidak saya rekomendasikan, karena ungkapan semacam “(kalau isi kuliahnya seprti itu jie, lebih baik kalau anda kirimkan ke saya lewat email saja saya baca di rumah) , saya jamin akan membuat anda di keluarkan dari mata kuliah nilai kita jadi Fuka alias tidak lulus. Jangan dilakukan, cukup saya yang jadi korban harus keluar dari mata kuliah yang sama selama satu semester tak masuk-masuk pada mata kuliah, sampai akhirnya harus puas mendapatkan nilai yang akan di jadikan penghias nilai lainnya alias E dari sang dosen. Karena tidak sepakat dengan apa yang disampaikan.

Kembali ke tema bahasan, saya mengajak bapak ibu dosen di Kampus STAIN Palopo untuk mencoba memikirkan kembali hakekat anda mengajar. Mengajar mahasiswa mengandung makna besar mendidik dan membina generasi muda. Dalam sejarah kebangkitan bangsa-bangsa, peran mahasiswa selalu tercatat, menjadi garda depan perubahan, kontribusinya sangat besar dan dominan. Mahasiswa adalah AGEN OF CHANGE (kayak tema oscar saja) alias agen perubahan yang akan mewarnai masa depan dan membentuk karakter suatu bangsa. Bayangkan, pendidikan dan pembinaan orang-orang seperti itu diserahkan ke anda, para dosen dan pendidik. Beban berat yang harus anda pikul dan perlu perdjoeangan untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.

Saya sempat beselancar ke sana kemari mencari tetang ciri-ciri dosen profesional, sesuai dengan harapan mahasiswa kepada dosennya. Dosen seperti apa yang sebenarnya mereka harapkan. Cukup menakjubkan, bahwa mahasiswa sangat jujur menilai (termasuk saya). Posting ini adalah satu otokritik kepada sebagaian dosen di kampus, untuk mengingat kembali ciri-ciri seorang dosen yang profesional.

Untuk para dosen, sekali lagi, anak-anak muda, para pembaharu dan penentu masa depan bangsa ada di depan anda. Andalah yang menentukan apakah mereka akan menjadi seorang pemimpin besar, mujaddid besar, dan ilmuwan besar, yang akan memperbaiki republik ini. Dan jangan lupa, bahwa bahwa Anda jugalah yang akan membuat mereka menjadi penjahat dan koruptor besar yang akan memporak porandakan republik ini. Pilihan ada di tangan Anda, para dosen. Dan kami siap megajungkan telunjuk kami ke anda menuntut perbaikan dan pertanggungjawaban anda.

Untuk teman-teman para mahasiswa, masih ada kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki diri. Kita tidak menunggu dan menginginkan apapun dari para dosen yang tidak membawah pembaharuan, selain harapan supaya kita mahasiswa tetap komitmen untuk belajar dan berdjoeang keras, serta pantang menyerah. Hentikanlah sikap main-main, selalu jaga sikap, Bersikaplah seperti layaknya seorang ksatria dan agen perubahan, yang akan mengantarkan republik ini ke jalan yang lebih baik.
0

Untuk Sahabat


SAHABAT ….
Masihkah engkau mengerang dalam kesepian
Mengubur semua inspirasi yang menuntunmu
Memenjarakan semua imajinasimu
Menengelamkan jasadmu dalam gelapnya malam

SAHABAT…
Rentetan hari telah mengubah segalanya
Rambut kita yang dulunya hitam kini telah memutih
Gigi kita yang dulunya utuh kini tanggal satu persatu
Bahkan Badan yang kita banggakan yang kokoh dan tegar kini telah termakan usia

SAHABAT…
Apakah Mata kita tak lagi meggunakan perannya sehingga kita tak sadar
Penjara batu yang senantiasa mengurung kita masih berdiri kokoh
Erangan-erangan yang selama ini kita banggakan kini tak berarti
Hiasan-hiasan di dalam kamar batu kini hanya menjadi coretan yang tak bermakna

BANGUNLAH SAHABAT…
Di luar sana masih banyak orang-orang yang senantiasa menanti kehadiranmu
Untuk menitih harapan dan mengubur prasangka
Menjalani hidup penuh arti dan makna Dengan satu tujuan
"Saya pasti bisa seperti mereka bahkan lebih dari mereka"
0

Mendownload Lagu


Bagi Para Pembaca Yang ungun Mendownload Lagu ini sedikit cara dari sekian banyak cara untuk mendownload lagu
1. langkah pertama koneksi internet (So...Pasti)
2. Buka http://gudanglagu.com/ atau klik di sini
3. Selnjutnya akan muncul halamana depan dari http://gudanglagu.com/
4. Disebelah kanan ada pilihan lagu tinggal pilih judul lagu yang akan di download
5. Setelah Anda Klik Lagu yang anda senangi maka anda di bawah kehalaman yang ada bergambar HP (contoh klik sini) di sebelahnya ada tulisan download berwarna biru silahkan di klik.
5. Setelah itu muncul halaman penghubung yang menkoneksikan link donwload dengan server- server dimana file itu disimpan.
6. Setiap server punya cara berbeda-beda untuk downloadnya. Ada yang hanya menuliskan link kecil bertuliskan [download] seperti di 4shared. Ada yang harus menunggu beberapa saat sebelum keluar code untuk dimasukan sebelum file di download.
7. Setelah memasukan kode atau menunggu link download keluar, download menggunakan browser anda. [bagi pengguna download manager di komputernya, beberapa server akan tidak merespon].
8. Sabar. File MP3 rata-rata ukurannya besar dan memerlukan waktu lama untuk mendownload.
9. Bila tetap mengalami kesulitan. Dan anda sedang berada di warnet. MInta bantuan operator. Kalo operator warnetnya tetap “ndak ngerti”. Tanyakan kepada kakak, saudara, teman, pacar , gebetan atau siapapun yang lebih fasih internet. Malu bertanya ngak bisa denger lagu idola. ;)
ini saya tulis karena ada permintaan dari operator warnet tetangga yang minta bantuan bagaimana cara mendownload lagu
sekian dan terima kasih, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
0

Buku


Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).

Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah.

Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsailun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Gutenberg perkambangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.

Pecinta buku biasanya dijuluki sebagai seorang bibliofil atau kutu buku.
Bagi yang ingin Membaca silahkan klik di sini

kucing saja membaca ko' kita hanya tinggal diam

Awal


Kadang selalu ku pikir hidup ini sangatlah sulit untuk di jalani. Namun setelah kaki ini melangkah rentetan peristiwa yang berjalan bersama rotasi kehidupan aku menyadari bahwa yang selama ini ku pikir adalah salah sehingga hari ini dan hari esok bukanlah penghambat buatku untuk melakukan segalanya.
Katanya tak perlulah dipedulikan Saat ada sebuah pengabaian, Katanya tak perlulah diurus Saat ada sebuah rasa sakit, Tapi kataku Semua berarti Semua penuh arti, Sebuah kecupan, Sebuah makian Sebuah semangat Sebuah kebencian Bahkan sebaris kalimat sekalipun Hidup tak menyetarakan dirinya pada arti dalam sebuah kertas Ia melayang dalam arti yang lebih tinggi Namun senantiasa tertidur pada yang hal yang paling kecil Jamahlah mereka yang menangkap pandanganmu Sentuhlah mereka yang terdengar olehmu Karna merekalah yang mencarimu Karna hidup tanpa kebaikan adalah neraka Karna hidup tanpa kasih Adalah kehampaan Mengertilah Dan pahamilah itu Di saat kau menemukan tangisan Dan di saat menggoreskan luka Pada akhirnya Hidup kan membuat artinya sendiri Tanpa batasanTanpa standarisasi Hidup kan membuat semuanya berarti Dan melengkapimu sebagai manusia